Translate

Thursday, December 19, 2019

Tan Malaka : Sosok Pahlawan yang Pernah Dilupakan



Gambar terkait
Siapa itu Tan Malaka?

Mungkin beberapa orang-orang milenial seperti kita ini tidak tahu siapa itu Tan Malaka, yah..mungkin karena nama beliau yang sempat di hilangkan pada masa saat itu. Nah, disini penulis ingin menyapaikan beberapa pengetahuan penulis tentang Tan Malaka.
Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Gunuang OmehLima Puluh KotaSumatra Barat2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, KediriJawa Timur21 Februari 1949 pada umur 51 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, tokoh Partai Komunis Indonesia. juga pendiri Partai Murba, dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya masih diperdebatkan, sedangkan tempat kelahirannya sekarang dikenal dengan nama Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh KotaSumatra Barat. Ayah dan Ibunya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut GH Horensma, salah satu guru di sekolahnya itu, Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh. Di sekolah ini, ia menikmati pelajaran bahasa Belanda, sehingga Horensma menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda. Ia juga adalah seorang pemain sepak bola yang bertalenta. Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, ia ditawari gelar datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar datuk. Gelar tersebut diterimanya dalam sebuah upacara tradisional pada tahun 1913.


Masa-Masa Perjuangannya

Pada masa nya, perjuangannya itu dilakukan dengan cara menulis buku, membentuk kesatuan masa, bicara dalam kongres internasional, dan bahkan ikut bertempur di medan perang melawan Belanda. Karena kegiatan-kegiatannya ini, namanya begitu dikenal di Belanda hingga ia harus beberapa kali dipenjara, diburu interpol, juga dikejar-kejar polisi internasional.
Tan Malaka memang sosok yang membenci ketidakadilan dan peduli terhadap penderitaan para buruh. Hal itulah yang membuatnya aktif dalam organisasi yang menentang segala hal yang menyusahkan para buruh dan bergabung dengan ISDV yang kemudian berubah menjadi PKH atau Partai Komunis Hindia.
Berbicara soal komunis memang membuat kita merasa ngeri apalagi terkadang kita teringat dengan masalah keganasan G30S/PKI yang pernah terjadi. Namun pada masanya, Tan Malaka itu murni bertindak demi kesejahteraan rakyat pribumi. Saat memiliki kesempatan memimpin PKH, Gaya kepemimpinan Tan Malaka ini sangatlah berbeda dengan Semaoen, Tan Malaka yang sering kali mengambil jalur radikal berbeda dengan semaoen ini yang bertindak secara berhati-hati ketika menghadapi  Belanda, beliau sangatlah tidak peduli dengan penilaian Belanda.
Pada saat itu, Tan Malaka pernah memimpin gerakan aksi demonstrasi para buruh dan pedagang kios pegadaian. Nah, Dari situlah Tan Malaka berhasil mengambil kepercayaan masyarakat, terutama kaum pekerja, bahwa PKH adalah mitra sejati kaum pekerja dan bersedia untuk membantu melawan penindasan terhadap pekerja.
Singkat cerita, ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata Indonesia belum benar-benar bebas dari Belanda. Ia merasa para pemimpin negara baru ini, yaitu Soekarno, Hatta, dan Sjahrir terlalu lembek terhadap Belanda yang masih terus berusaha menguasai Indonesia. Bagi Tan Malaka, kemerdekaan dengan adanya proklamasi itu sudah diraih sepenuhnya, jadi tidak perlu melakukan perundingan apapun dengan Belanda. Ia khawatir perjanjian-perjanjian seperti Linggarjati dan Renville justru merugikan Indonesia nantinya.
Gambar terkait
Tan Malaka akhirnya tetap berkeliling dan berjuang mengusir Belanda yang mencoba kembali menyusup ke Indonesia. Ia juga mendirikan perkumpulan beranggotakan masyarakat yang kecewa terhadap pemerintah Indonesia yang lebih memilih jalur perundingan, padahal masyarakat menilai bahwa Indonesia seharusnya telah merdeka. Pihak pemerintah yang berusaha menekan konflik merasa kerepotan dengan ulah Tan Malaka yang berusaha mempertahankan kemerdekaan ini sehingga ia ditangkap dan dipenjara.
Setelah keluar dari penjara, ternyata apa yang ia khawatirkan tentang hasil perundingan tersebut benar-benar terjadi dengan isi perjanjian Renville yang hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera sebagai wilayah Republik Indonesia. Tan Malaka yang jengkel kembali melakukan gerakan-gerakan untuk menentang hal ini. Tapi sekali lagi ia malah dianggap pembuat onar.
Tidak mau menyerah, ia tetap berjuang dan ikut menghimpun kekuatan di Jawa Timur untuk menghadapi Agresi Militer II. Perjuangan dan himbauannya untuk menentang Belanda berhasil membakar semangat para pejuang, tapi oleh pemerintah ia justru dianggap pemberontak berbahaya. Sejak saat itu ia diburu dan akhirnya ditembak oleh Tentara Nasional Indonesia di Kediri, Jawa Timur pada 19 Februari 1949. Hingga kini, jenazahnya pun tidak diketahui berada di mana. Ada yang bilang ia dimakamkan secara rahasia, tapi ada juga yang mengatakan bahwa jenazahnya dihanyutkan di Sungai Brantas.
Pada 28 Maret 1963 Presiden Soekarno mengangkat nama Tan Malaka sebagai pahlawan nasional Indonesia. Namun 3 tahun kemudian, setelah Soekarno turun dari jabatan presiden nama Tan Malaka kembali hilang dan tidak pernah terdengar lagi, barulah beberapa waktu lalu kisah tentang pahlawan yang satu ini kembali diceritakan.

Buku Terbitan Karya Tan Malaka:
  • ·         Madilog
  • ·         Aksi Masa
  • ·         Dari Penjara ke Penjara
  • ·         Gerpolek : Gerilya, Politik, Ekonomi


4 comments: